RSS

Kasus Century dalam Wacana Media :: Antara Esensi Penyelesaian atau Komodifikasi Media??

Sudah lama Century Gate luput dari agenda media, seolah-olah kasus ini tak pernah terjadi, karenanya khalayak pun kehilangan agenda untuk tetap mengawal kasus yang hingga kini semakin buram penyelesaiannya. Sejak kasus ini bergulir, tak ada mata yang luput dari pemberitaan ini, setiap jam kita disodorkan aksi teatrikal para anggota Pansus yang tak jelas, sibuk bertengkar dan lupa esensi kasus ini. Jika tak terselesaikan kasus ini, maka rakyat rugi milyaran rupiah hanya untuk memproduksi dagelan Pansus dalam bingkai berita di media. Mungkin ini saatnya, waktu untuk mengingatkan kita agar tetap mengawal isu-isu yang merugikan masyarakat namun kini luput dari perhatian pemerintah.
Skandal Bank Century, sebuah kasus ekonomi politik yang hampir semua orang di negeri ini membincangkannya. Lebih dari dua bulan, kasus ini mampu menyita perhatian berbagai kalangan, tak hanya elit politik yang dibuat sibuk dan ruwet tapi juga para jurnalis yang dituntut terus memburu kehangatan isunya, mewartakan dengan cepat ke ruang redaksi pemirsa, menjadi headline di surat kabar, bahkan mengisi rubrik-rubrik khusus di majalah. Karena itu, tak diragukan, kasus Century terus bertengger di puncak klasifika isu-isu nuansa politik terhangat di indonesia.
Mengapa demikian? Karena media massa mampu mengendus nilai jual dan pentingnya kasus Century bagi khalayak. Dengan begitu, kasus dana bailout Century yang melibatkan beberapa lakon penting, seperti wakil presiden Budiono dan Menkeu Sri Mulyani juga sejumlah mantan pejabat penting negara ini, terus diberitakan secara meluas. Bahkan Lewat program dialog, berita dan breaking news, televisi mengupas kasus ini secara terang benderang, membuka tabir DPR dengan berbagai live report dari ruang Pansus. Secara lebih mendalam dan kompresehnsif, sejumlah koran dan majalah juga memberitakannya.
Sorotan media yang lebih terhadap kasus Century, membuat khalayak lambat laun mulai menganggap penting kasus ini. Dalam teori agenda setting bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting (Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw).
Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan petunjuk tentang mana issue yang lebih penting. Karena itu, model agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media kepada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak kepada persoalan itu. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Begitu juga sebaliknya, apa yang dilupakan media akan luput juga dari perhatian masyarakat.
Sekarang, persoalan Bank Century dalam sajian berita di media massa bak telenovela atau sinetron-sinetron saat ini, panjang dan berseri. Ini bukan tanpa alasan, sebab molornya penyelesaian kasus Century, membuat media bekerja ekstra keras mengawal isu tersebut. Relefansinya dengan agenda khalayak adalah adanya kesamaan kepentingan antara pemerintah dan masyarakat yang sama-sama menginginkan penuntasan kekeliruan dalam skandal Century.
Jika kita merunut alur kasus ini, dari dugaan perampokan uang nasabah, hingga makin lama, alur cerita kasus Century menjadi rumit dengan pembentukan Pansus DPR. Pergulatan Pansus dalam mengusut kasus ini, awalnya menuai reaksi positif dari masyarakat dengan harapan Pansus segera menuntaskannya. Namun sudah 1,5 bulan perjalanan penyelidikan, jadi unsubstansial. Media sengaja mengemas perkara lain diluar subtansi kasus Bank century yaitu pertengkaran dan adu mulut diantara sesama tim pengusut. Selain itu, sikap powerfull Pansus yang seakan-akan menghakimi setiap saksi yang mereka undang juga menjadi berita yang mendongkrak ratting kasus Century. Cara media mempertahankan minat masyarakat terhadap kasus ini, dalam agenda setting disebut sebagai proses familiarity atau mengakrabkan masyarakat dengan sebuah topik berita, menampilkan substansi lain untuk menghindari kejemuan.
Menurut Saya, setidaknya ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam agenda setting terkait pemberitaan skandal Century. Pertama, dengan memberitakan perkembangan mutakhir kasus Century secara terus-menerus, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat seputar perkembangan penuntasan kasus Century serta adanya peningkatan pembelajaran politik. Kedua, media mencoba memediasi aspirasi masyarakat dengan memancing kritik dan saran dari berbagai kalangan terkait penanganan kasus ini. Jika masyarakat menaruh minat tinggi terhadap kasus Century maka secara eksplisit maupun implisit, masyarakat dan media sudah menjadi pressure group atau kelompok penekan bagi pemerintah agar serius memperhatikan skandal ini. Bila strategi ini berhasil, maka media telah mengulangi satu kesuksesan baru seperti apa yang dilakukan dengan berita-berita yang berhasil menuai simpati masyarakat terhadap nasib Tujuan ketiga, media menginginkan penilaian langsung masyarakat terhadap kinerja pemerintah, sekaligus mengawasi kinerja mereka.
Ataukah jangan – jangan dari runtutan perjalanan pencarian uang sebesar 1,7 trilliun itu malah dimanfaatkan oleh media sebagai bahan berita terlaris atau dalam istilah kerennya adalah komodifikasi media terhadap suatu pemberitaan tengah berjalan dalam memanfaatkan momentum atau fenomena politik kebangsaan untuk membentuk wacana terlaris yang dapat meningkatkan popularitas, hingga keuntungan materi Sang Media.
Mungkin saja.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar